Rabu, 25 Februari 2009

Lanjutan euy.. "Belajar pada pohon empat musim"

Continue-an kmareN..^^

Hutang tetap hutang, dan harus dibayar. Dia pun harus kembali ke alam nyata. Harus tersadar lagi dari perenungan dan dzikirnya, dan menghadapi bulan2 berikutnya dengan tekanan dan mingkin penderitaan. Apa yg telah dia dapatkan, sekali lagi harus dibuktikan dengan kenyataan. “Ya Tuhan ini minggu2 berat bagiku. Seperti ditiup angin kencang. Aku sdh hampir tumbang, tapi engkau selamatkan aku. Dan sekarang pun belum usai ujian ini ya Tuhan. Aku yakin Kau pasti menolong. Aku tidak minta apapun bahkan untuk Kau ringankan beban ini. Engkau Maha Tahu akan kemampuanku dan keterbatasanku lbh dari pengetahuanku sendiri. Berilah aku petunjukMu, agar aku tdk khawatir lg menghadapi hari2 di depanku dalam mengarungi ujian-Mu ini.”
Lihatlah pohon diluar jendela itu. Bukan kau beberapa minggu ini tertarik memperhatikannya? Kau sudah lihat pohon itu berdaun lebat. Lalu dating musim gugur. Daunnya menjadi kuning, rapuh, kemudian berjatuhan ditiup angin kencang. Musim dingin sudah berlalu, dan sekarang musim semi. Kau lihat daunnya bersemi, dari hari kehari smakin lebat, dan sekarang seluruh cabangnya telah hijau kembali lg.
Dari tahun ketahun seperti itu. Sejak pohon itu kecil, hingga sekarang menjadi besar. Kau lihat, meskipun daunnya berjatuhan dan bersemi lagi, bukan berarti pohon itu semakin kecil. Tetapi semakin besar, semakin tinggi, semakin rindang.
Seperti itulah manusia yg beriman. Mereka tdk pernah lepas dari ujian, dari tiupan angin badai penderitaan. Karna itulah makanan bagi keimanannya agar tumbuh subur. Namun selalu “sesudah kesulitan itu ada kemudahan”, selalu ada yg bersemi, selalu ada kebahagiaan baru. Seperti pohon yg smakin tinggi, iman mereka pun semakin meningkat.
Kadang2 ada pohon yg tumbang krn ada badai yg sangat dasyat. Namun selama akar pohon itu masih masuk kedalam tanah, sumber bahan kehidupan, pohon itu tdk akan mati. Daun dan dahannya akan selalu tumbuh. Oleh krn itu, tancapkan hatimu, akarmu, kpd Sumber Kehidupan, kpd Dzatullah. Maka kau akan selamat.
Dan sebutlah (nama ) Tuhanmu dalam hatimu
Dengan merendahkan diri dan rasa takut,
Dan dengan tidak mengeraskan suara,
Diwaktu pagi dan petang, dan janganlah
Kamu termasuk kedalam orang2 yg lalai. ---- Al A’raaf 205.

Pohon tdk pernah khawatir akan kehilangan daun untuk selamanya ketika daunnya berguguran.
Apakah kamu tdk malu pada pohon itu? Belajarlah darinya…………………………..

Senin, 16 Februari 2009

Belajar Pada Pohon 4 musim

Belajar pada Pohon Empat Musim

Nothing ever becomes real

Till it is experienced

Even a proverb is no proverb to you

Till your life has illustrated it
--John Keats.


Suatu hari saya mendapat crita dari seorang sahabat dekat. Dia tinggal di kota lain di sebuah negeri empat musim. Jangan Tanya siapa, karna dia tidak mau disebut-sebut namanya. Ini crita tentang pergulatan batinnya dalam mengenal Tuhan. Mungkin ada pelajaran yang bisa kita ambil.
Dia punya seorang guru spiritual yang juga masih sangat muda, namun memilki ilmu dan hikmah yang sangat dalam. Dia bertemu dengan gurunya, kira-kira skali dalam sebulan. Stiap pertemuan brikutnya, sang guru slalu bertanya : bagaimana perkembangan dan pengalaman slama satu bulan? Ada bahan apa yg bs diambil hikmahnya skarang? Slalu begitu..
Nah, trakhir sblum berpisah lama dengan gurunya, dia jg sempat bertemu dan sang guru memberi tugas baru. Tugasnya adalah agar dia belajar menjadi manusia. Manusia dalam arti sebenarnya, yaitu manusia sbg wakil Tuhan, sbagai Khalifah dimuka bumi. Dan untuk menjadi khalifah dia harus mengenal yg diwakilinya, mengenal Tuhannya. “ Kenali sifat-sifat Tuhan. Jagalah hatimu, ucapanmu, dan akhlakmu shg mencerminkan sifat Tuhan. Tuhan Maha Suci, Maha Pengasih, Maha Penyayang.. Tidak usah pusing-pusing memikirkan caranya, cukup jalani saja hidupmu apa adanya. Tidak usah banyak meminta. Nanti kau akan menemukannya sendiri”.
Alkisah, sahabat saya ini harus pergi ke Negara lain krn urusan pekerjaan. Sebelumnya dia memulai investasi, bisnis. Teman-temannya sudah sukses dan dia sudah melihat sendiri buktinya. Ada sedikit uang, ada beberapa belas juta, dia investasikan. Kemudian ia berniat untuk menambah investasi. Dalam hatinya, jika investasi sukses, dia bs mencapai kebebasan financial, sehingga bs beramal dan membantu orang lain dengan lebih banyak.
Dia memohon petunjuk dulu kpd Allah. Apakah diperbolehkan investasi ini. Jika boleh, mohon dimudahkan. Jika tidak, mohon dijauhkan. Ternyata proposal ke bank disetujui, dengan jaminan mobil hasil usaha selama ini. Investasipun bertambah, lalu ia pun berangkat.
Namun tidak lama setelah bekerja di kota baru, datanglah kabar buruk kalo bisnis yang diikutinya kolaps. Dia kaget, dan mulai khawatir. Dia ingat hal2 yg diajarkan oleh gurunya. Lalu ia berzikir dan berdoa. Maklum hanya itu yg bs dia lakukan dari jauh. Tidak mungkin dia pulang dan menyelesaikannya. Dia mengadukan smuanya pd Tuhan, dan berharap smoga kondisinya menjadi lebih baik. Rajin skali ia berdoa, sehingga dia rasakan kenikmatan dalam hatinya yg jarang ia rasakan sebelumnya. Hati yg terasa sejuk, seperti disiram es ketika berdzikir. Kekhawatirannya hilang, berubah menjadi syukur. Syukur krn diberi cobaan dan diberi kenikmatan iman dalam dzikirnya.
Beberapa hari kemudian berita baru datang. Kondisinya tdk jauh lbh baik, ttp lbh buruk. Modal yg diinvestasikannya terancam tidak bs kembali. Boro2 untung, yg mgkn terjadi adalah kerugian. Dia yg tadinya sudah tenang, kembali mjd khawatir. Kemudian dalam kesempatan dzikir setelah sholat, dia pun kembali memasrahkan diri kpd Tuhan. Dia yakin, pertolongan Tuhan sangat dekat. Di balik ujian, pasti ada kemudahan. Dia yakin, ujian ini tdk akan lama, dan pada akhirnya pasti Tuhan akan menyelamatkan investasinya.
Hari berikutnya, berita datang lagi, bahwa kondisi benar2 tdk bs diharapkan. Hilangnya modal sudah didepan mata. Diapun tidak bs membohongi diri, klo hatinya benar2 khawatir dan putus asa. Belum pernah ia merasakan keputusaasaan yg sedemikian dlam. Terbayang dalam pikirannya, bahwa dibulan2 selanjutnya dia harus membayar hutang2 ke bank puluhan juta, atas sesuatu yg dia tdk pernah rasakan manfaat dan keuntungannya. Dia tdk tau darimana harus melunasi. Dia mulai berprasangka buruk kpd Tuhan. Dia merasa malas mengerjakan sholat dan dzikir, krn ternyata kenyataan yang terjadi lain dengan yg diyakininya.
(Yaitu) ketika mereka datang kpdmu
Dari atas dan dari bawahmu
Dan ketika tidak tetap lg penglihatan(mu)
Dan hatimu naik menyesak sampai ke tenggorokan
Dan kamu menyangka terhadap ALLAH dengan bermacam macam purbasangka
Disitulah diuji orang2 mukmin dan digoncangkan (hatinya) dengan goncangan yg sangat.
--- Al Ahzab 10-11.
Bukankah sebelumnya aku sudah mohon petunjuk kepada-Mu ya Tuhan? Bukankah kesejukan dan ketenangan dalam diriku berasal dari-Mu ya Tuhan? Tapi kenapa jd seperti ini? Dia menjadi ragu, apakah Tuhan masih akan menolongnya. Benar2 kacau kondisi hati dan pikirannya saat itu.
Namun tdk lama, hanya kurang dari setengah jam dia merasakan hal seperti itu. Dia pun ingat yg diajarkan gurunya, “Segala rasa siksa, itu datangnya dari setan.” Lalu ia pun sadar, bahwa setan dalam dirinya sdg mengelabuhinya dan menutup hatinya. Mencoba agar dia putus asa dan berpaling dari Tuhan. Melalui pikiran dan nafsu, setan menempilkan gambaran yg buruk2 ttg apa yg akan terjadi kemudian. Dan setan itu bukan siapa2, ttp bagian dari negative dari keduanya, dan dirinya sendiri.
Dia pun berteriak kpd nafsu dan pikirannya, “ Wahai nafsu dan pikiranku. Diam kau sekarang. Kalian mau diselamatkan ato tdk. Kalo mau, mari bersamaku berwudlu dan mengahadap Tuhan.” Keyakinan kpd Tuhan tumbuh lg.
Dalam dzikir dia bertanya kpd Tuhan ttg hikmah semua ini. Kesalahan apa yg telah dia lakukan. Apa yg dimaui Tuhan atas dirinya. “ jika kau hanya mau kenikmatan, dan menolak penderitaan, maka bukan sifat Tuhan yg kau pelihara dalam hatimu. Jika kau mau menjadi khalifah, wakilKu, maka kau harus mau menerima keduanya dgn ikhlas.” Sahabatku pun menangis dihadapan Tuhan. Menyesali kebodohan yg baru saja ia lakukan. Menyesali dirinya yg hampir2 masuk kedalam golongan org fasik, org yg berputus asa thdp rahmat Allah. “ belum disebut beriman kamu, jika belum pernah diuji dan belum pernah lu2s ujian penderitaannya.” Tangisnya pun semakin dalam. Buka kesedihan, ttp rasa syukur yg dalam karna telah diuji oleh Tuhan. Diberi kesempatan untuk menjadi org beriman. Ada harapan untuk masuk golongan orang beriman.
“Ya Tuhanku, dulu aku tiada, sekarang aku tumbuh dengan lengkap sempurna. Dulu aku tdk punya harta, lalu Engkau anugerahi aku, dan sekarang Kau ambil lagi milik Mu. Kenapa aku sedih dan khawatir ya Tuhan, atas hilangnya sesuatu yg bukan milikku. Betapa bodohnya aku ini, pasti aku termasuk org yg lupa diri selamanya. Ampuni aku ya Tuhan, atas kebodohanku ini..”
Dalam tangis dan dzikirnya, dia membuka surat Alam Nasyrah. “ bukankan Kami telah melapangkan untukmu. Dan Kami telah menghilangi dari padamu bebanmu, yg memberatkan punggungmu? Dan kami tinggalkan bagimu sebutan (nama)mu. Krn sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh2 (urusan) yg lain. Dan hanya kepada Tuhanmu lah hendaknya kamu berharap.” Tiada terkira syukur dan nikmat yg dia rasakan saat itu. Nikmat iman dan kedekatan dengan Tuhan. Serasa seperti dalam pelukan kekasihnya. Teringat bagaimana kekhawatiran dalam hatinya dihilangkan, dan diganti dgn syukur. Terbayang saat2 yg penuh beban kemudian menjadi seringan kapas.
Dan sahabatku pun menjadi tdk lg peduli dengan kerugian, kehilangan, dan kegagalan. Semua dari Allah, dan sekarang kembali pada-Nya lg. Dia pun segera kembali bekerja, seolah tiada masalah yg terjadi. Dia teringa perintah Tuhan agar tdk banyak berangan2, khawatir, memikirkan kemungkinan2 buruk yg bakal terjadi, dan besarnya nilai kerugian yg dialami. Tidak ada waktu lagi untuk itu, yg ada adalah “mengerjakan dgn sungguh2 urusan yg lain,” yaitu pekerjaannya.
Beberapa hari kemudian berlalu dgn normal. Apapun berita ttg investasinya sdh tdk lg menarik hatinya. Namun sebenarnya masalah masih ada. Utang tetap utang. Dan harus dibayar!
Suatu hari, datang berita lg, setidaknya untuk saat ini modal dia benar2 sdh tdk bs diharapkan kembali. Bisnis yg diikutinya sdh gulung tikar. Mereka yg mengurus bisnis tersebut sedang dalam penyelidikan hukum dan polisi. Dia pun teringat kembali, darimana dia harus membayar hutangnya. Minggu depan dia sudah harus membayar cicilan. Kalo tdk dia akan dimasukan daftar hitam oleh bank dan mobil disita. Dia mmg sdh tdk peduli dgn modal yg hilang. Tetapi ttp saja kalo tdk bs jika tdk bs melunasi hutang bank, akan timbul masalah.
Kamu sungguh2 akan diuji terhadap harta dan diriu
---Ali Imran 186.
Seperti biasa, sahabat saya yg menjadi rajin mendekatkan diri kepada Allah sejak ujian ini, merenaung dengan hatinya dan berdzikir. Dia sudah ikhlas memasrahkan semua urusan kpd Tuhan. Dia sudah tdk pernah memohon agar diringankan atau dikembalikan modalnya. Dia yakin, semua memang sdh diatur oleh Allah untunya. Kenapa kok mala meminta aneh2 yg mgkn di luar skenario Allah? Oelg krn itu, doanya hanyalah “agar diberi penerang dalam ujian ini, dan beri akhir yg terbaik.”
Dalam dzikirnya dia mendapat penjelasan. Ada beberapa kesalahan yg dia lakukan dalam bisnisnya itu. Pertama, adanya niatan dalam hati untuk “bebas finansial”. Berharap memperoleh pendapatan pasif sehingga kecukupan secara materi dan tdk perlu khawatir soal finansial. Ternyata, hal ini bs menggelincirkan hatinya pd kemusyrikan yg lembut. Kemusyrikan yg ditimbulkan oleh harta. Bagi Tuhan, jika dia merasa tenang krn kecukupan materi atau “bebas finansial”, maka itu sama saja dengan kemusyrikan. Sebab dia merasa tenang bkn krn Allah. Dia tenang krn sesuatu selain Allah. Belum saatna bagi dia untuk mengalami “bebas finansial” ini, krn pasti akan terjerumus. Suatu saat jika sudah tiba waktunya, pasti akan dianugerahi oelh Allah kebebasan ini. Namun, saat jika sudah siap, sehingga tdk tertipu oleh materi. Ujian ini untuk mempersiapkan dirinya.
Kedua, adanya keinginan untuk bs membantu lebih banyak org dengan banyaknya harta yg dia miliki nanti. Bukankah ini niat yg baik? Benar, tetapi ternyata keinginan ini bisa sangat menipu dengan halusnya. Ada kesalahan dalam keinginan tersebut, yaitu sesungguhnya bukan dia yg membantu manusia lain, tetapi Tuhan. Jika benar terjadi dia bs membantu banyak orang, pasti dia akan tertipu oleh rasa dirinya, oleh pengakuan dirinya. Pengakuan bahwa “aku telah beramal sholeh dengan membantu banyak orang.” Lalu muncul kepuasan dan kebanggaan spiritual yg tdk ia sadari.
Tidak seharusnya dia memiliki rasa seperti itu, karena semua harus dikembalikan kpd Tuhan. Dirinya dipakai oleh Tuhan untuk menolong orang lain, tetapi bukan dia yg menolong. Kesadaran ini harus tumbuh terlebih dahulu, sebelum dia benar2 menolong orang lain nanti. Dan ujian ini yg mengajarinya. Mengajarkan makna “Bismillah”, “Atas nama Allah”, “dengan nama Allah”. Artinya ketika dia membantu orang lain, saat itu dalam hatinya harus disadari bahwa yg membatu adalah Tuhan, bukan dirinya. Tuhan sedang menggunakan wadahnya untuk membantu orang lain. Dan tidak sepatutnya dia mengakui itu sebagai amal perbuatannya.
“Ya Tuhan, betapa Mulianya Engkau. Aku membeli ujian ini dengan modal yg tdk seberapa, dan itupun dari-Mu, harta milik-Mu. Namun manfaat yg kudapat sungguh tiada ternilai dengan apapun. Betapa bodoh jika aku masih menyesali hilangnya harta itu ya Tuhan.” Demikian katanya dalam hati.

Heppy Ending??? Belum….. to be continue yapZ… ;)

Kamis, 12 Februari 2009

no name..

Manusia terkadang ga pernah sadar dengan apa yang sedang dia lakuin saat ini..

Dari setiap peristiwa terkadang menghasilkan suatu yang sangat membahagiakan,,bahkan ada yang sangat menyakitkan..

Kita smua tau bahwa kejayaan dan keterpurukan hanya Tuhan yang tau.. stiap jalan punnya tujuannya sendiri.. stiap pikiran punya hasilnya sendiri.. stiap langkah punya jejaknya sendiri.. beberapa ada campur tangan orang lain,,tapi beberapa juga hasil dari pikiran renungan kita sendiri..

“ALLAH slalu punya hadiah untukmu..

Sbuah cahaya untuk stiap kegelapan..

Sbuah rencana untuk hari esok..

Sbuah jalan keluar untuk stiap masalah..

Sbuah kebahagiaan untuk stiap masalah..”

(dhesy DheLaDeTa said)

Sbagai teman pun terkadang akuW takut untuk memberi sbuah masukan..

Banyak hal yg membuatqUw akhirnya berfikir sprt ituW..

taKut mengontrol,,takut mematamatai,,takut dilangkahi,,takut dari sgala takut..

pernahkan kalian ngrasain apa yg q rasa..??

dan pada akhirnya pun akuW menjadi org yg egois..

yg ga peduli dengan apa yg dia lakuin saat ini..

akhirnya aku lebih senang untuk menikmati hariku dengan berbagai petualangan dari hobi kuW..

terkadang dari keadaan ini aku sering menemukan keunikan dari hidupku yg sblumnya ga pernah aku sadari..

inspirasi sering muncul dari keadaan sprt ini..

Egois kah aku?? Aku seakan tak peduli pd langkah hdp nya akhir2 ini..

So,,what should I do??